“Terjebak” di Danau Tonle Sap

Pada tanggal 25 September 2015, 193 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menetapkan dalam Sidang Umum PBB suatu keputusan yang amat sangat penting yang disebut Transforming our world: the 2030 Agenda for Sustainable Development (Mentransformasi dunia kita: Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan). Agenda ini terdiri dari 17 Tujuan dengan 169 Target yang harus dicapai pada tahun 2030. Continue reading “Pembangunan Berkelanjutan, Mengapa Penting?”
Transkrip program Radio Kookaburra:
Profil Alumni Australia Andreas Chang
Pengantar: Mubarok, Kedutaan Besar Australia
Pembicara: Drs Andreas Chang MBA, Wakil Rektor, Universitas Bina Nusantara Jakarta
MUBAROK: Mahasiswa harus menguasai kemampuan inti dan soft skills atau keterampilan penunjang agar dapat bersaing secara internasional, menurut Andreas Chang, Wakil Rektor Universitas Bina Nusantara dan alumni Edith Cowan University, Australia.
Drs Andreas Chang MBA berasal dari Singkawang, Kalimantan Barat.
Otak manusia bekerja mirip dengan otot dalam hal makin banyak dilatih, makin “berkembanglah” bagian otak tersebut. Jika seseorang sering berlatih mengingat, maka orang ini akan makin mampu mengingat dan bagian otak yang berfungsi untuk mengingat -antara lain hippocampus – akan makin berkembang. Pengertian berkembang ini bukan artinya makin besar saja, melainkan makin banyaknya “jaringan” otak yang tersambung. Seperti kita ketahui, otak kita terdiri dari 100 miliar neuron atau sel otak. Tiap sel khusus ini memiliki sejumlah “synaps” yang menghubungkan satu neuron ke neuron lainnya.
Mari kita lihat contoh pentingnya berlatih berpikir. Seorang wanita ditemukan di hutan Kamboja setelah menghilang 19 tahun. Wanita ini bernama Rochom Pngieng. Dia hilang ketika berumur 8 tahun. Ketika ditemukan, dia dalam keadaan telanjang dan amat sangat kurus. Orang-orang menggambarkannya sebagai setengah manusia dan setengah binatang ketika ditemukan. Masyarakat sulit berkomunikasi dengan dia, dan dia juga tidak bisa hidup seperti manusia normal. Kalau lapar dia hanya memukul-mukul perutnya. Jika dia tidak tidur, dia hanya melihat ke kiri dan ke kanan, ke kiri dan ke kanan. Tidak heran, dia tidak betah tinggal di kampung orang tuanya dan menghilang lagi.
Mengapa dia sulit berkomunikasi dan hidup seperti manusia lainnya? Karena dia tidak terlatih untuk demikian. Dia tidak terlatih untuk berbicara. Bagian otaknya yang berfungsi untuk berbicara atau berkomunikasi tidak berkembang. Synaps dan neuron di bagian itu tidak berkembang. 1) 2)
Chanthy, “yang diperkirakan” saudara perempuan Rochom P’ngieng sedang berusaha menyuapkan makanan kepadanya.3)
Continue reading “Apa yang Terjadi kalau Otak Tidak Dilatih?”
Mantan Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok, Li Lanqing menulis buku berjudul Breaking Through – The Birth of China’s Opening-up Policy. Dalam bahasa aslinya : tu wei – guo men chu kai de sui yue. Buku ini menggambarkan perubahan besar yang dialami oleh bangsa Tionghoa. Perubahan besar setelah Deng Xiaoping meluncurkan gaige kaifang (改革开放) pada tahun 1978. Sebagian dari kita masih ingat bahwa pada tahun sebelum 1978, Tiongkok sangat tertinggal dari negara-negara lain termasuk tertinggal dari Indonesia. Namun Tiongkok saat ini adalah negara kedua terbesar secara ekonomi setelah Amerika Serikat (AS). Tiongkok diprediksi akan melampaui kekuatan ekonomi AS dalam waktu dekat ini.
Foto: kampanye tentang berbudaya/beradab pada waktu Olympiade Beijing, 2006: Jadilah warga yang beradab. 4)
Continue reading “Belajar dari Keberhasilan dan Kegagalan Tiongkok”
Cogito Ergo Sum
Filsuf René Descartes (baca: Rene dekart) lahir di Perancis 1596 menyatakan Cogito Ergo Sum. Terjemahan bebasnya: Saya berpikir karena itu saya ada, dalam bahasas Inggrisnya: I think, therefore I am, dalam bahasa Perancisnya: je pense, donc je suis. Maknanya adalah dalam diri saya, ada unsur berpikir.
Berbagai penelitian membuktikan bahwa, manusia (dan juga beberapa mahluk lain) melakukan aktivitas berpikir untuk bertahan hidup atau memperbaiki kehidupan. Seringkali kita melihat di TV bagaimana seekor sekelompok simpanse bisa berburu bersama, demikian juga paus bungkuk (humpback whale) atau serigala. Meskipun manusia tidak dikaruniai otak yang paling besar, manusia adalah mahluk yang paling pandai dalam berpikir.
Persepsi
Mari kita coba menawarkan sebuah handphone buatan tahun 1973 untuk dijual. Kira-kira berapa harganya? Satu juta rupiah? Mungkin sejumlah orang akan menilainya kemahalan. Mereka akan berkata: “Untuk apa handphone yang sudah usang?”
Namun, seandainya Anda menyampaikan bahwa handphone ini adalah buatan Motorola pada tahun 1973. Ini adalah handphone pertama di dunia. Handphone ini merupakan cikal-bakal handphone modern, serta sekarang hanya ada beberapa buah saja yang masih tersisa di dunia dalam keadaan utuh dan berfungsi dengan baik. Apakah ada orang tertarik membelinya? Seroang kolektor akan memburunya. Para kolektor mengerti nilai handphone ini. Continue reading “Persepsi: Handphone tua seharga 500 juta rupiah?”
Intelligence Quotient (IQ)
Istilah ini pertama kali ditulis oleh psikolog Jerman pada tahun 1912, William Stern. Stern menggunakan istilah Intelligenzquotient untuk mengungkapkan cara mengukur kecerdasan. Kecerdasan manusia diukur dengan mempergunakan sejumlah test yang sudah distandarkan. Diperkirakan dua pertiga dari penduduk dunia memiliki IQ 85 sd 115. Tidak terlalu banyak orang memiliki IQ tinggi. Hanya 5% manusia berIQ di atas 125. Continue reading “Apakah Orang Ber-IQ Tinggi Pasti Pintar Berpikir?”
Mengapa Berpikir yang Baik itu Penting?
Perubahan (Change)
Heraclitus dari Efesus (+/- 535 – 475 BC), seorang filsuf besar mengamati alam ini dan menyimpulkan bahwa satu-satunya hal yang konstan (tetap) adalah perubahan. Dia menyatakan secara sederhana: